Genzi.id – Kimci adalah makanan tradisional Korea berupa asinan sayur hasil fermentasi yang diberi bumbu pedas. Setelah digarami dan dicuci, sayuran dicampur dengan bumbu yang dibuat dari udang krill, kecap ikan, bawang putih, jahe dan bubuk cabai merah. Sayuran yang paling umum dibuat kimci adalah sawi putih dan lobak.
Di zaman dulu, kimci diucapkan sebagai chim-chae (Hangul: 침채; Hanja: 沈菜) yang berarti “sayuran yang direndam.”
Di Korea, kimci selalu dihidangkan di waktu makan sebagai salah satu jenis banchan yang paling umum. Kimci juga digunakan sebagai bumbu sewaktu memasak sup kimci (kimchi jjigae), nasi goreng kimci (kimchi bokkeumbap), dan berbagai masakan lain.
Kimci zaman kuno
Literatur tertua yang memuat tentang kimci adalah buku puisi Tiongkok berjudul Sikyeong (hangul: 시경 hanja: 詩經). Pada waktu itu, kimci disebut “Ji” sebelum nantinya dikenal sebagai “chimchae”
Asinan berwarna hijau merupakan bentuk awal kimci sewaktu cabai belum dikenal di Korea. Setelah dicampur dengan garam, sayuran seperti kubis dimasukkan ke dalam guci tanah liat setelah diberi garam, dan dipendam di dalam tanah sebagai persediaan makanan sewaktu sayuran segar tidak tersedia di musim dingin.
Orang Korea sendiri baru mengenal cabai berkat jasa pedagang Portugis dari Jepang yang datang ke Korea pada abad ke-16. Pedagang Portugis menyebarluaskan cabai ke seluruh dunia.
Resep asinan sayuran dan labu sudah dimuat dalam buku resep terbitan tahun 1670, tetapi tidak menggunakan cabai. Di dalam catatan sejarah abad ke-17 ditulis tentang 11 jenis kimci, sedangkan cabai sebagai bahan kimci mungkin baru populer bertahun-tahun kemudian (menurut perkiraan 200 tahun kemudian). Sebelum abad ke-19, kimci hanya dibuat dari sayuran asli Korea karena sawi putih kemungkinan besar tidak dikenal di Korea sampai abad ke-19.(*)